Diposkan pada PENDIDIKAN MENTAL, PERMAINAN ANAK, PERMAINAN EDUKASI, Uncategorized

DIY TELAPAK KAKI BERWARNA

Bermain bersama kertas, gunting, crayon dan lakban tidak akan ada habisnya daya imajinasi menari.

Pagi ini Mama lihat kaki R (jagoanku yang sekarang 20 bulan), sambil menggelitik dan bersenda gurau dengannya, terlintas dalam benak untuk membuat sarana bermainnya, yang sekarang hobinya loncat loncat walaupun blm setinggi anak balita umur 2 tahun (tapi mama selalu memaklumi, karena R kan blm genap 2 tahun), tapi melihat dia gembira melakukan loncatan sambil tertawa membuat mama bahagia tak terkira, oh..Allahku terima kasih engkau tumbuh kembangkan dia dengan sempurna dan dengan bahagia..

mama langsung ambil kertas-kertas bekas yang sengaja tidak mama buang (karena yakin ini akan bermanfaat suatu saat nanti), gunting , lakban, crayon harusnya sih kalo main warna mungkin kertas origami lebih lucu dan mencolok warnanya, karena berprinsip manfaatkan barang bekas yang ada disekitar jadi mama buat pakai kertas bekas aja dulu.

kali ini mama mau buat TELAPAK KAKI BERWARNA.

caranya mudah R injak 1 kertasa, mama jiplak, selanjutnya kertas2 ditumpuk dan digunting sesuai jiplakan kaki R. selnjutnya warnai dengan warna yang mencolok, sesuka mama deh ya, finishingnya mama tempel di lantai pakai lakban.

Taraaaa…. jadi deh.. TELAPAK KAKI BERWARNA, heheh.

14206193_1250929681584813_2350795385534578146_o
kertas bekas bisa jadi mainan si kecil yang sedang tumbuh

Harapan mama sih engga macem macem, jadi saat R loncat di lantai, R bisa lihat Warna warna ini, atau dia bisa injak jiplakan telapak kaki ini. hehehe itu aja kok ! cuma mama yakin ini akan berefect positif di benak R, melihat warna, melihat bentuk kaki, menginjak jiplakan bentuk kakinya, semoga menjadi sensasi baru ya dalam bermain R.

 

Bintaro, 05 September 2016

salam cinta 🙂

Mama n Rajjash

 

 

 

 

Diposkan pada PENDIDIKAN, PENDIDIKAN MENTAL

Karena rasa takut dan rasa tidak percaya diri aku batal ikut Sekolah Dasar tahun itu

Pagi itu, hari dimana aku menginjjakan kaki ke sekolah dasar, tentunya diantar mama dong. Bagiku pagi adalah hal yang paling buruk, bagaimana tidak, aku harus bangun dan mengguyur semua badanku dengan air dingin..huft,, rasanya tak ingin menyaut suara mama yang sudah berulang kali membangunkanku dan hampir putus asa mungkin, sebenarnya aku dengar seruannya tapi membayangkan air dingin akh,,,,,rasanyaaa…!!! dan kejadian ini selalu berulang setiap hari dan setiap pagi.

Di sekolah banyak teman baru, ada yang aku kenal sebatas kenal, ada juga yang asing mungkin mereka dari kampung sebelah atau dari kecamatan lain. Rambutku yang keriting selalu dikuncir dua, mama yang kuncirin, aku?? Ah mana bisa (payah memang!!). Saat itu usiaku belum genap 6 tahun. Masih 5 tahun 6 bulan, karena bulan kelahiranku bulan desember, dengan membujuk dan merengek pada mama akhirnya aku bisa juga ikut sekolah di tahun ini.

Ibuguru yang baik dan cantik itu menuliskan lingkaran dan bentuk I di papan tulis, seraya menyuruh kami menulis bentuk yang sama di buku kami masing-masing, sambil menulis wajahku selalu ku palingkan ke arah jendela dimana wajah mamaku ada disana. Hatiku selalu was was jika mama tidak ada disana, membanyangkan aku ditinggalkan di sekolah sendiri sedangkan aku belum kenal dengan semua orang yang ada disini.

anak kecil nangis
ketika rasa takut dan gelisah itu mulai menghampiri, saat itu pula aku menangis

Keesokan harinya, aku masih diantar mama, saat itu mama meninggalkanku di sekolah untuk melanjutkan rutinitasnya, alangkah terkejutnya aku saat melihat mama hendak melangkahkan kaki (aku melihat dari dalam kelas..  hehhee), sambil menangis aku mengadu, maaa.. aku enggak mau sekolah sekarang, nanti aja sekolahnya kalo udah berani. Tanpa marah, mama mengiyakan dan pamit pada guru yang disana. Akhirnya aku batal sekolah di Pendidikan Dasar tahun ini. Perasaanku lega dan bahagia.

Hahaha, kalo inget ini terbahak bahak sendiri. membayangkan bagaimana rasa takut dan rasa tidak percaya diri selalu menghantuiku saat aku di dalam kelas dan mama tidak ada di balik jendela. Bagaimana tidak takut, banyak sekali orang yang berseragam sepertiku ada yang sudah besar ada juga yang masih sebaya denganku. Takut karena, nanti bagaimana jika aku dimusuhin, ditanya-tanya, tidak pede dengan dengan penampilanku, aku jelek yang lain cantik, aku bodoh yang lain pintar, aku tertinggal menulis sedangkan yang lain sudah selesai. Aaaaahhh…masih banyak ketakutan ketakutan yang lainnya, yang padahal itu ditimbulkan oleh fikiranku sendiri.

Padahal mama dan guru ngajiku serta teman-teman mama di pengajian bilang aku itu manis, dan cepat tanggap jika diberi pelajaran atau hafalan apapun. Ah tapi semua itu kalah dengan rasa takut dan rasa tidak percaya diri.

Mamaku tidak memasukkanku ke sekolah TK (Taman Kanak Kanak) terlebih dahulu dengan alasan semua kakakku juga langsung sekolah di Sekolah Dasar. Yang mungkin seharusnya aku mengenal lingkup sekolah yang kecil terlebih dahulu, agar aku bisa mengenal dan faham bagaimana cara berkenalan dengan teman sebaya.

Ini pelajaran yang amat berharga bagiku yang merasakan dan yang sekarang berstatus “Ibu”, tugas dan PR besar bagiku bagaimana membangun rasa percaya diri pada anak sedini mungkin.